arsip 17 Februari 2011
Menjadi ibu rumah tangga sekaligus istri, memang sepertinya sudah
menjadi tujuan hampir semua wanita di muka bumi ini. Demikian pula
halnya dengan Ine Febriyanti. Sejak menikah dengan sutradara Yudi Datau, Ine
lebih bannyak menghabiskan waktunya bersama keluarga di rumah.
Mengingat dirinya harus menjalani kewajiban layaknya seorang ibu, maka Ine
pun tak jarang melakukan aktivitasnya dari rumah. Sebisa mungkin ibu
dari 3 anak ini melakoni aktivitasnya dari rumah, demi menghindari
hilangnya waktu bersama ketiga buah hatinya. Berhubung Ine lebih banyak di rumah, maka KapanLagi.com menyempatkan untuk berkunjung ke rumahnya di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, Rabu (16/02/2011)
- Halo Ine, apa kabar? Lagi sibuk apa sekarang?
Kabar baik. Sekarang ini aku lagi menyelesaikan filmku, sama masih dengan rutinitas sebagai ibu rumah tangga. - Mendengar nama Ine Febriyanti, sangat identik dengan film. Kenapa suka dengan film?
Iya, memang aku itu suka banget sama dunia seni peran, terutama theater. Karena aku merasa bisa mengeksplorasi semua kemampuan aku di situ. Jadi dalam berakting itu harus benar-benar totalitas. Pada dasarnya aku memang lebih menyukai theater, karena menurut aku totalitasnya lebih terasa gitu. - Menurut kamu, unsur apa yang paling penting dalam berakting?
Selain bakat, harus punya insting yang kuat, sehingga bisa melakoni sebuah peran atau karakter dengan sempurna. - Kamu juga sangat dekat dengan alam. Kenapa?
Aku sangat suka dengan alam itu sejak kecil. Dari kecil aku juga udah suka naik gunung. Aku itu orangnya sangat suka sama tantangan. Mungkin karena dari kecil aku itu orangnya tomboy banget kali ya. Pokoknya menyatu dengan alam itu sangat menyenangkan buat aku. - Pernah naik gunung sekeluarga?
Kalau naik gunung sekeluarga sih nggak. Cuma aku sama suami suka ngajak anak-anak jalan-jalan ke tempat camping. Nah, di tempat camping itu biasanya ada tempat tracking atau hiking juga, paling aku ajak mereka ke situ. Nggak mungkinlah kalau sekarang ini aku ngajak mereka naik turun gunung. - Bicara soal keluarga, bagaimana kamu menjalani hari-hari kamu di tengah keluarga?
Aku sangat senang bisa menjalani hari-hari di tengah keluarga. Anak-anak adalah prioritas utama buat aku. Aku juga sekarang ini aktivitasnya nggak bisa seperti dulu lagi. Sebisa mungkin kerjaan aku kerjakan di rumah. Seperti misalnya latihan theater kan bisa di rumah, jadi bisa terus mengontrol anak-anak. - Bagaimana kamu bisa
mendapatkan suami yang memiliki profesi di bidang yang berkaitan? Cerita
sedikit soal pertemuan kamu dengan Yudi.
Hahahaha...kalau diinget-inget, sebenernya dulu itu aku yang ngelamar Yudi, bukan dia yang ngelamar aku. Jadi gini, awal pertemuan aku dengan Yudi tuh di gunung Cermai. Waktu itu kebetulan dia minta minum sama aku, dan karena dia baru naik, sedangkan aku udah mau turun, dan perbekalan aku juga masih banyak, jadi ya aku kasih aja semua ke dia. Udah gitu, kita sempet lama nggak ketemu, dan suatu hari nggak sengaja aku terlibat kerja bareng dia. Di situ pun aku sama dia biasa-biasa aja, nggak ada sesuatu yang gimana-gimana gitu. Singkat cerita, waktu aku lagi umroh, dia sms aku nanyain kapan pulang. Aku bales smsnya, tapi aku nggak kepikiran kalo dia mau jemput aku di Jakarta. Pas sampe Jakarta, tiba-tiba dia udah ada di airport jemput aku, dan pas saat itu juga aku tiba-tiba ada semacam keyakinan bahwa dialah orangnya. Ya udah deh, pas di mobil aku tanya ke dia, "lo mau nggak jadi suami gue?" Dia langsung jawab mau. Ya udah deh sampai sekarang, hahahaha. - Sebagai istri dan ibu, bagaimana memposisikan diri dalam rumah tangga?
Aku sebisa mungkin selalu berusaha memposisikan diri dengan baik dalam keluarga. Selain sebagai ibu, aku juga terkadang bisa berperan sebagai kepala rumah tangga juga. Yudi kan kadang kalo lagi sibuk banget, suka nggak di rumah, nah di saat-saat seperti itu aku kadang harus bisa menjadi sosok seorang ayah juga. - Bagaimana intensitas kamu dengan anak-anak?
Pastinya kita sering berinteraksi lah, karena kan aku emang lebih banyak di rumah, udah nggak sering keluar. Aku selalu menyediakan waktu kapan pun untuk anak-anak. Aku juga sering menemani mereka mengerjakan PR, atau mengajari mereka tentang pelajaran di sekolah juga. Aku nggak mau kalau sampai mereka kurang perhatian dari aku.
- Memiliki 3 anak, berarti ada 3 karakter berbeda. Gimana menghadapinya?
Kalau Nurra anak aku yang pertama, dia lebih mirip aku. Karakternya pun mirip-mirip aku. Kalo yang kedua si Jan, dia lebih cool ya, lebih kalem tapi dia punya sesuatu yang berbeda. Dia itu nggak suka yang umum, artinya berbeda dengan anak-anak lain yang seusianya. Contohnya, kalo temen-temennya menggambar dinosaurus dengan bentuk normal, nah si Jan menggambar dinosaurusnya dengan versi berbeda, pokoknya sedikit absurd kali ya. - Selain pendidikan akademis di sekolah, kamu dan Yudi menerapkan pendidikan seperti apa di rumah?
Kalau di rumah aku mendidik anak-anak lebih dengan cara yang umum aja. Berbagai pengetahuan aku ajarkan ke mereka, tidak hanya sains, tapi juga pengetahuan umum. Aku punya satu buku, dimana buku ini sangat kaya dengan knowledge-nya, dan uniknya buku ini ada semacam operatornya, bisa ngomong, jadi lebih efektif buat si anak dalam belajar. Selain itu, mengajari anak sebaiknya jangan menggunakan kata-kata yang melarang, tetapi gunakan kata-kata yang mengarahkan atau menganjurkan, jadi lebih lembut. Karena anak-anak pada umumnya kalo dilarang malah justru dilakukan. - Apakah kamu dan Yudi mengarahkan anak-anak kalian, untuk mengikuti jejak kalian di dunia perfilman atau sejenisnya?
Terus terang aku bukanlah seorang psikolog, maka dari itu aku saat ini sedang melakukan observasi terhadap anak-anak aku, untuk melihat apa yang ada dalam diri mereka. Kalo dulu mungkin orang tua kita sering memaksa kita untuk kuliah ini atau kuliah itu, kayak aku dulu disuruh masuk akuntansi sama papaku. Nah, sekarang aku nggak mau kayak gitu, makanya aku coba lakukan observasi terhadap anak-anak. - Anak-anak lebih dekat sama ayah atau ibunya?
Sama deketnya kok. Mereka deket sama aku, deket juga sama Yudi. Yudi itu biasanya dikangenin sama anak-anak, ketika mungkin saat dia lagi sibuk-sibuknya. Karena memang Yudi kalo lagi di rumah itu suka ngajak anak-anak main. Mainnya juga agak-agak yang ekstrim gitu, kaya misalnya kalo pas lagi hujan, Yudi kadang suka ngajakin main hujan, meskipun abis itu pada kena flu. Tapi ya itu kan proses pembelajaran juga, biar tahu. - Sekarang kamu sudah jadi sutradara ya? Apa yang membuat tertarik jadi sutradara?Hmm...apa ya, jadi sutradara itu enak, happy, seneng deh pokoknya. Aku bisa bebas mendirect seperti apa yang aku mau. Bebas bereksplorasi deh. Kalo jadi pemain kan, si pemain harus ngikutin sutradara, tapi klo sutradara itu harus diturutin sama semua, terutama pemainnya. Hahahaha.....
- Tapi masih pingin main atau akting di film lagi?
Hmm...belum tahu juga sih, tapi kalo theater itu pasti lanjut terus. Cuma kalo di film, ada satu karakter yang harus aku mainkan. Pokoknya kalo bisa sebelum aku mati, aku harus mainin dulu karakter itu, tapi aku nggak bisa bilang. Mudah-mudahan terwujud. - Ada rencana mau bikin film lagi atau buku?
Iya, aku lagi ada planning mau bikin buku puisi sama beberapa temen. Sejauh ini lagi masih dibahas. Sebenernya aku nggak begitu akrab sama yang namanya puisi, tapi karena ini bukunya rame-rame, jadi ya aku ikutan aja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar