Selasa, 20 September 2011

Ine Berdamai dengan Rasa Takut

sumber: http://warisanindonesia.com/2011/09/ine-berdamai-dengan-rasa-takut/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=ine-berdamai-dengan-rasa-takut
 16 September 2011

Rasa takut, bila diurai ke dalam sikap positif, bisa menghasilkan totalitas sebuah karya. Ine Febriyanti telah membuktikan itu.

Ine Febriyanti sukses menuai tepuk tangan meriah seusai beraksi selama lebih kurang 90 menit dalam Surti dan Tiga Sawunggaling di Teater Salihara, Jakarta, Juli silam. Ia tak sekadar bermonolog, tetapi mewujud ke dalam 10 karakter berbeda. Menjadi Surti, janda yang suaminya menghilang. Kemudian sebagai Anjani, Baira, Cawir—tiga burung sawunggaling, motif pada kain mori—yang seolah bisa hidup dan terbang. Ine dengan cemerlang menjelma menjadi burung sesuai arahan koreografer, Hartati.
Setelah sehari beristirahat, istri Yudi Datau ini berangkat ke Yogyakarta memutar film Tuhan Pada Jam 10 Malam. Sebagai sutradara dan penulis, ia harus berbicara di hadapan berpuluh pasang mata, mungkin ratusan mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Yogyakarta.
Apalagi aktivitasnya kemudian? Seusai Idulfitri, mendaki gunung sudah jadi tujuan selanjutnya. Padat sungguh, seolah tak berjeda. Terlebih berbagai aktivitas berbeda ia lakukan tanpa gentar. Hal itu mengingat prestasinya cukup menggembirakan, bagaimana dia sesungguhnya? “Aku sebenarnya penakut, enggak berani tidur sendiri. Tapi, aku orangnya ekstrem, apa yang bikin aku takut, ya, aku tabrak. Makanya aku naik gunung.
Atau saat aku harus ke Yogya putar film di UPN, aku tuh enggak berani ngomong di depan banyak orang. Nyatanya harus ngomong di depan banyak mahasiswa, aku takut. Tapi, harus aku lakukan,” demikian Ine berterus terang. Kata-kata yang meluncur tersebut mengingatkan pada sebuah kutipan seorang kolumnis Amerika Serikat, Eleanor Roosevelt (1884–1962): “Kamu harus lakukan apa yang kamu pikir tidak bisa melakukannya.”
Melabrak rasa takut akhirnya membawa Ine meresapi berbagai pengalaman dalam hidupnya. Ia, bahkan, menjadi lebih total setiap melakukan suatu pekerjaan. Seperti kecintaannya pada lingkungan dan budaya Indonesia dimanifestasikan secara nyata. (WI/Sandipras)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar