arsip 28 Juli 2011
Pertengkaran antara ego yang ada di dalam diri manusia tergambar
jelas dalam sajian film nonkomersial garapan Ine Febriyanti. Dalam film
berjudul Tuhan Pada Jam 10 Malam tersebut, Ine seolah ingin mengatakan
musuh terbesar setiap manusia adalah diri mereka sendiri.
“Ego sendiri adalah singkatan dari edging got out yang artinya mengeluarkan Tuhan dalam diri kita dan setelah itu yang muncul adalah ego. Di film ini ego muncul tepat pukul 10 malam,” papar Ine dalam pemutaran dan diskusi film Tuhan Pada Jam 10 Malam, di Omah Sinten, Rabu (27/7) malam.
Di debutnya yang pertama ini, Ine ingin memberikan gambaran nyata mengenai pergolakan batin seorang manusia. “Film ini diangkat dari cerpen berjudul Eksperimen Moral yang disodorkan oleh Arya Kusuma Dewa. Begitu membacanya saya merasa dapat feel-nya. Kemudian saya mulai menulis skripnya. Sedangkan judulnya sendiri dari Afrizal Manan,” terangnya.
Tuhan Pada Jam 10 Malam menceritakan kisah hidup Marwansikumbang, seorang guru moral yang didakwa membunuh muridnya yang bernama Anjani. Hubungan Anjani dengan istri Marwan sendiri sudah sangat dekat. Anjani bahkan sudah dianggap sebagai anak sendiri karena Marwan dan istrinya belum dikaruniai anak hingga 20 tahun pernikahan.
Petaka dimulai ketika Marwan dirongrong di kegelapan malam. Saat itu, sekitar pukul 10 malam, di kala istrinya tertidur lelap, Marwan diberondong ego yang mengoyak nuraninya. Letupan syahwat menerjang sedemikian hebat.
Sementara moral yang ada dalam batinnya berbicara agar tidak mengikuti keinginan sang ego. Namun apadaya lewat pertarungan yang cukup panjang, egolah yang menjadi pemenang. Marwan tidak saja membuat Anjani menelan pil haram, tetapi juga memperkosa dan membunuh gadis tersebut.
“Ini merupakan film yang murni mengangkat moral. Marwan sendiri, meski terlibat aksi pembunuhan, ia lolos dari jerat penjara dan masuk rumah sakit karena moral atau psikologisnya terganggu,” jelas Hanindawan, pemeran Marwansikumbang.
Rani Setianingrum
“Ego sendiri adalah singkatan dari edging got out yang artinya mengeluarkan Tuhan dalam diri kita dan setelah itu yang muncul adalah ego. Di film ini ego muncul tepat pukul 10 malam,” papar Ine dalam pemutaran dan diskusi film Tuhan Pada Jam 10 Malam, di Omah Sinten, Rabu (27/7) malam.
Di debutnya yang pertama ini, Ine ingin memberikan gambaran nyata mengenai pergolakan batin seorang manusia. “Film ini diangkat dari cerpen berjudul Eksperimen Moral yang disodorkan oleh Arya Kusuma Dewa. Begitu membacanya saya merasa dapat feel-nya. Kemudian saya mulai menulis skripnya. Sedangkan judulnya sendiri dari Afrizal Manan,” terangnya.
Tuhan Pada Jam 10 Malam menceritakan kisah hidup Marwansikumbang, seorang guru moral yang didakwa membunuh muridnya yang bernama Anjani. Hubungan Anjani dengan istri Marwan sendiri sudah sangat dekat. Anjani bahkan sudah dianggap sebagai anak sendiri karena Marwan dan istrinya belum dikaruniai anak hingga 20 tahun pernikahan.
Petaka dimulai ketika Marwan dirongrong di kegelapan malam. Saat itu, sekitar pukul 10 malam, di kala istrinya tertidur lelap, Marwan diberondong ego yang mengoyak nuraninya. Letupan syahwat menerjang sedemikian hebat.
Sementara moral yang ada dalam batinnya berbicara agar tidak mengikuti keinginan sang ego. Namun apadaya lewat pertarungan yang cukup panjang, egolah yang menjadi pemenang. Marwan tidak saja membuat Anjani menelan pil haram, tetapi juga memperkosa dan membunuh gadis tersebut.
“Ini merupakan film yang murni mengangkat moral. Marwan sendiri, meski terlibat aksi pembunuhan, ia lolos dari jerat penjara dan masuk rumah sakit karena moral atau psikologisnya terganggu,” jelas Hanindawan, pemeran Marwansikumbang.
Rani Setianingrum
bagaimana cara mendapatkan film tersebut?
BalasHapus