TIGA film pendek yang diputar di Unika Soegijapranata Sabtu (22/10), seolah menjadi cermin negeri ini. Secara khusus, film-film tersebut, yakni Tuhan pada Jam 10 Malam, Cendol, dan Salah, mengulas peristiwa tragis yang pernah terjadi di negeri ini. Ironi, tetapi memang sungguh terjadi, bahkan mungkin berulang-ulang.
Film Tuhan pada Jam 10 Malam karya Ine Febriyanti misalnya, bercerita tentang sosok guru yang ternyata bisa saja berbuat kesalahan. Guru bernama Marwansikumbang (diperankan dengan apik oleh aktor Hanindawan), yang selalu mengingatkan muridnya akan arti penting moral, ternyata justru berbuat bejat pada salah satu muridnya yang bahkan telah dianggap anak sendiri.
Sementara Cendol berkisah tentang Awan, pedagang cendol di Jakarta. Bersama istri dan anak tunggalnya, dia harus hidup dibawah tekanan ekonomi. Film pertama besutan Leony Vitria Hartanti itu lantas mengungkap solusi yang akhir-akhir ini kerap dipilih banyak pihak yang dalam kondisi sama, bunuh diri.
Satu lagi film yang diputar di Gedung Thomas Aquinas lantai 3 itu berjudul Salah karya Rizal Rakhmandar. Berbeda dari dua film sebelumnya, Rizal lebih suka menyoroti persoalan negeri ini dengan bercanda. Dia mengusung isu terorisme yang telah mencekam seluruh masyarakat sehingga sering muncul salah duga.
Kaca Mata Tuhan
Pimpinan Tits Film Workshop Aria Kusumadewa saat sesi diskusi setelah
pemutaran film mengatakan, ketiga film yang dibungkus dalam judul Kaca
Mata Tuhan itu merupakan produk fisik dari workshop Cara Asik Bikin Film
di Malang, Yogyakarta, dan Jakarta. Film-film tersebut berbicara
mengenai berbagai realitas dan bagaimana manusia menanggapinya.Ketiga sutradara film itu juga hadir pada diskusi kemarin. Mereka berbagi pengalaman saat membuat film itu dan mengapa mereka melakukannya.
“Film saya bermula dari sebuah cerpen. Kemudian, cerita itu saya kembangkan sendiri menjadi screenplay. Judulnya sendiri berasal dari penyair Afrizal Malna,” ungkap Ine.
Sementara Leony mengakui, Cendol merupakan karya pertamanya sebagai sutradara. Mantan penyanyi cilik yang tergabung dalam Trio Kwek-kwek itu berharap mendapat masukan dari berbagai pihak lewat kegiatan pemutaran film dan diskusi di kampus-kampus. Selain di Unika, ketiga film tersebut juga diputar di Unnes kemarin (23/10). (Adhitia Armitrianto-61)